Friday, April 1, 2011

Raja Dengan Satu Uban (Pentahbisan)

            Pada zaman dahulu kala, manusia hidup jauh lebih lama dibandingkan dengan manusia saat ini, mereka hidup sampai ribuan tahun lamanya. Saat itu yang tercerahkan (Bodhisatta) dilahirkan sebagai seorang bayi dengan nama Makhadeva. Ia hidup 84.000 tahun sebagai seorang anak dan putra mahkota. Cerita ini dimulai ketika ia sudah menjadi raja muda selama 80.000 tahun.
            Suatu ketika Makhadeva berkata kepada pemangkas rambut istananya, “Jika kau melihat rambut putih apa pun di kepalaku, kau harus memberitahu aku secepatnya!” Tentu saja si Pemangkas rambut itu berjanji melakukannya.

PANGERAN KESERATUS (Patuh Kepada Seorang Guru yang Bijaksana)

            Pada suatu ketika, hiduplah seorang raja yang mempunyai seratus orang anak laki-laki. Anaknya yang termuda, yang keseratus bernama Pangeran Gamani. Dia sangat penuh semangat, sabar dan baik hati.
            Semua pangeran akan dikirim untuk belajar pada para guru. Pangeran Gamani, walaupun ia berada di urutan ke seratus dalam tahta, ia cukup beruntung mendapatkan guru yang terbaik. Ia mendapatkan seorang guru yang paling banyak belajar dan paling bijaksana dari guru-guru lainnya. Guru itu bagaikan seorang ayah bagi Pangeran Gamani, yang disukai, hormati dan dipatuhinya.

PANGERAN KECIL TANPA AYAH (Kekuatan Kejujuran)

            Pada suatu hari, Raja Benares pergi piknik ke dalam hutan. Keindahan bunga-bunga, pohon-pohon dan buah-buahan membuatnya sangat bahagia. Sambil menikmati keindahan itu, perlahan-lahan ia masuk lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dalam hutan. Tak lama kemudian, ia terpisah dari rombongannya dan menyadari bahwa dia hanya seorang diri saja.
            Lalu Raja mendengar suara merdu dari seorang wanita muda, yang sedang bernyanyi sambil mengumpulkan kayu bakar. Agar tidak merasa takut karena seorang diri di dalam hutan, sang Raja mengikuti bunyi dari suara yang merdu itu. Ketika akhirnya raja sampai di hadapan si pelantun lagu, raja melihat bahwa ia adalah seorang wanita muda yang cantik, dan raja seketika jatuh cinta kepadanya. Mereka menjadi sangat bersahabat, dan Raja menjadi ayah dari anak wanita pengumpul kayu bakar.

PANGERAN PEMBICARA YANG BAIK DAN SILUMAN AIR (Bagian 1. Tumimbal Lahir Seorang Bodhisatwa)

            Pada suatu waktu, hiduplah seorang raja yang sangat berbudi. Sang raja memiliki seorang ratu yang cantik yang telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Hal ini membuat raja sangat bahagia. Raja memutuskan untuk memberikan sebuah nama yang mungkin dapat membantunya di kehidupan nanti. Untuk itu Raja memanggilnya Pangeran Goodspeaker (pembicara yang baik).
Pangeran ini bukanlah bayi biasa seperti pada umumnya. Ini bukanlah kehidupan ataupun kelahirannya yang pertama. Tapi jutaan tahun sebelumnya, ia sudah menjadi seorang pengikut dari ajaran yang sudah lama dilupakan ‘Buddha’, seseorang yang tercerahkan. Ia sudah bertekad dengan sepenuh hatinya untuk menjadi seorang Buddha seperti guru tercintanya.

Thursday, March 31, 2011

PEMBUAT HARGA KERAJAAN (Kebodohan)

             Dahulu kala nun jauh di sana, hiduplah seorang raja yang memerintah di Benares, India Utara. Salah seorang mentrinya dipanggil dengan sebutan seorang pembuat harga dan dia adalah seorang pemuda yang jujur. Pekerjaannya adalah mengatur harga yang adil untuk sesuatu apa pun yang ingin raja beli atau jual.
            Dalam beberapa kesempatan, raja tidak menyukai harga yang dia buat. raja tidak mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Raja tidak mau membiayai lebih mahal dari apa yang ia beli atau jual untuk apa yang menurutnya tidak cukup mahal atau sebaliknya. Jadi raja memutuskan untuk mengganti si pembuat harga.

PEDAGANG TIKUS (Pintar dan Berterima Kasih)

           Pada suatu ketika, penasehat penting kerajaan sedang dalam perjalanannya menemui raja dan penasehat lainnya. Di pelik matanya, ia melihat seekor tikus mati di pinggir jalan. Lalu ia berkata kepada orang-orang yang ada bersamanya, “Walaupun dimulai dari tikus ini, seorang muda yang energik akan membangun sebuah keuntungan. Jika ia bekerja keras dan menggunakan kepintarannya, ia dapat memulai sebuah bisnis dan menyokong istri serta keluarga.”

PIRING EMAS (Keserakahan dan Kejujuran)

            Pada suatu ketika di sebuah tempat yang disebut Seri, hiduplah dua orang pedagang panci dan wajan juga perhiasan-perhiasan buatan tangan. Mereka berdua sepakat untuk membagi wilayah dagangan mereka. Mereka juga berkata bahwa setelah seorang dari mereka sudah pergi melalui wilayahnya, maka pedagang lainnya boleh mencoba berdagang di tempat yang telah dilalui oleh pedagang sebelumnya.
            Suatu hari, ketika seorang dari mereka sedang berjualan di jalan, seorang gadis kecil yang miskin melihat si Pedagang dan meminta kepada neneknya untuk membelikan sebuah gelang. “Bagaimana orang miskin seperti kita mampu membeli gelang-gelang?” tanya si Nenek. Lalu si Gadis kecil itu berkata, “Karena kita tidak mempunyai uang sama sekali, kita bisa memberikan piring tua kita yang sudah kehitaman.” Nenek itu menyetujui pendapat cucunya untuk mencoba menukarkan piring tuanya itu kepada si pedagang, maka dia mengajak pedagang itu masuk ke dalam rumahnya.

MENEMUKAN MATA AIR BARU (Ketekunan)

            Pada suatu ketika hiduplah seorang pedagang yang sedang memimpin sebuah rombongan menuju negara lain untuk menjual barang dangangannya. Sepanjang perjalanan, mereka tiba di tepi gurun pasir yang sangat panas. Mereka bertanya-tanya dan mengetahui bahwa ketika siang hari matahari memanaskan pasir halus tersebut hinga sama panasnya dengan batu-bara yang sedang terbakar, jadi tidak ada seorang pun yang mampu berjalan di atasnya, tidak juga sapi-sapi jantan maupun unta. Jadi pemimpin rombongan tersebut menyewa seorang pemandu gurun yaitu seseorang yang mempunyai kemampuan melihat bintang-bintang, dengan demikian mereka dapat melanjutkan perjalanan hanya pada malam hari ketika permukaan pasir mulai dingin. Mereka pun memulai perjalanan yang penuh bahaya melewati gurun pasir pada waktu malam hari.

Wednesday, March 30, 2011

Siluman di Padang Pasir - Cara Berpikir yang Benar



Pada suatu ketika hiduplah 2 orang pedagang yang berteman. Keduanya siap melakukan perjalanan untuk menjual barang dagangan mereka, untuk itu mereka harus memutuskan apakah mereka akan berpergian bersama. Karena masing-masing dari mereka memiliki sekitar 500 kereta dan mereka akan pergi ke tempat yang sama melalui jalan yang sama pula, maka akan menjadi terlalu ramai jika pergi bersamaan. Sehingga salah seorang dari mereka memutuskan akan lebih baik jika ia pergi terlebih dahulu. Ia berpikir “Jalanan itu tidak akan dilalui oleh kereta-kereta, sehingga sapi-sapi jantan akan dapat memilih rumput terbaik, kami akan mendapatkan buah-buahan dan sayur-sayuran yang terbaik untuk dimakan, orang-orangku akan menghargai kepemimpinanku dan pada akhirnya, aku akan bisa tawar-menawar dengan harga-harga yang paling bagus.