Thursday, March 31, 2011

PEMBUAT HARGA KERAJAAN (Kebodohan)

             Dahulu kala nun jauh di sana, hiduplah seorang raja yang memerintah di Benares, India Utara. Salah seorang mentrinya dipanggil dengan sebutan seorang pembuat harga dan dia adalah seorang pemuda yang jujur. Pekerjaannya adalah mengatur harga yang adil untuk sesuatu apa pun yang ingin raja beli atau jual.
            Dalam beberapa kesempatan, raja tidak menyukai harga yang dia buat. raja tidak mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Raja tidak mau membiayai lebih mahal dari apa yang ia beli atau jual untuk apa yang menurutnya tidak cukup mahal atau sebaliknya. Jadi raja memutuskan untuk mengganti si pembuat harga.

            Suatu hari raja melihat seorang pemuda yang tampan dan raja berpikir “Orang ini akan cocok mengantikan posisi pembuat hargaku.” Jadi raja memecat pembuat harga yang jujur itu dan menunjuk si pemuda itu untuk menggantikannya. Pemuda itu berpikir, “Aku harus membuat Raja senang yaitu membeli dengan harga-harga yang sangat murah dan menjual pada harga-harga yang paling tinggi.” Jadi si pemuda ini membuat harga-harga yang tidak masuk akal, tanpa mempedulikan sama sekali apa pun yang berharga. Hal ini menyebabkan raja yang serakah itu memperoleh banyak uang, dan membuatnya itu sangat senang. Sementara itu, semua orang termasuk pejabat raja lainnya dan rakyat-rakyat biasa yang bertransaksi dengannya menjadi sangat tidak senang.
            Kemudian pada suatu hari seorang pedagang kuda tiba di Benares dengan 500 kudanya untuk dijual. Kuda-kuda itu terdiri dari kuda jantan, kuda betina dan anak kuda jantan. Raja mengundang pedagang itu ke kerajaan dan memanggil pembuat harga kerajaannya itu untuk menentukan harga bagi 500 kuda-kuda tersebut. Si pembuat harga yang hanya berpikir bagaimana membuat raja senang berkata, “Seluruh kawanan kuda-kuda ini berharga satu mangkuk nasi.” Untuk itu raja memesan satu mangkuk nasi untuk dibayarkan kepada si Pedagang kuda dan semua kuda-kuda itu dibawa ke kandang kerajaan.
            Tentu saja pedagang kuda amat marah, tetapi saat itu dia tidak dapat berbuat apa-apa. Kemudian pedagang kuda ini mendapat informasi tentang pembuat harga raja terdahulu yang memiliki reputasi sebagai orang yang jujur dan adil. Jadi si Pedagang mendatanginya dan mengatakan apa yang sudah terjadi. Si Pedagang ingin mendengarkan saran dari si pembuat harga dengan maksud mendapatkan harga yang pantas dari raja. Si Pembuat harga yang terdahulu berkata, “Jika kau melakukan apa yang aku katakan, raja akan diyakinkan mengenai nilai sesungguhnya dari kuda-kuda itu. Kembalilah kepada pembuat harga itu dan puaskan dia dengan hadiah barang-barang yang berharga. Minta dia untuk mengatakan nilai dari semangkuk nasi di hadapan raja. Jika si Pembuat harga itu setuju, temui dan beritahu aku, aku akan pergi bersamamu menemui raja.”
            Mengikuti nasehat ini, si Pedagang pergi menemui si Pembuat harga dan memberikannya hadiah yang berharga. Hadiah itu membuatnya sangat senang, dengan begitu si Pembuat harga ini menghargai si Pedagang kuda. Lalu si Pedagang kuda berkata kepadanya, “Saya sangat senang dengan penilaian berharga Anda, bisakah Anda meyakinkan Raja tentang harga dari satu mangkuk nasi?” Si pembuat harga yang bodoh berkata, “Mengapa tidak? Saya akan menjelaskan harga dari satu mangkuk nasi, bahkan di hadapan Raja.”
            Jadi si Pembuat harga yang bodoh ini berpikir kalau si Pedagang kuda merasa puas dengan semangkuk nasinya. Dia mengatur pertemuan lainnya dengan raja, sebelum si Pedagang bergegas meninggalkan negaranya. Si Pedagang melapor kembali kepada si Pembuat harga yang terdahulu dan mereka pergi bersama-sama menemui raja.
            Semua menteri-menteri raja dan lengkap dengan orang-orang istana berkumpul di ruang pertemuan kerajaan. Si penjual kuda berkata kepada raja, “Rajaku, saya mengerti bahwa di negara Anda seluruh kumpulan 500 ekor kuda saya dihargai dengan semangkuk nasi. Sebelum saya kembali ke negara saya, saya ingin tahu nilai dari semangkuk nasi di negara Anda.” Sang Raja menoleh kepada si Pembuat harga kerajaannya dan berkata, “Apa nilai untuk semangkuk nasi?”
            Si Pembuat harga yang bodoh itu, dengan tujuan menyenangkan hati raja, yang sebelumnya sudah menghargai sekumpulan kuda-kuda dengan satu mangkuk nasi. Sekarang, setelah menerima suap dari si Pedagang kuda, ia ingin menyenangkan si Pedagang kuda juga. Jadi si Pembuat harga menjawab pertanyaan Sang Raja dengan sikap yang paling menghargai, “Dengan hormat, satu mangkuk nasi seharga dengan kota Benares, bahkan termasuk dengan tempat kediaman selir raja, sama halnya dengan bagian pinggiran kota. Dengan kata lain, semangkuk nasi seharga dengan seluruh kerajaan Benares!”
            Ketika mendengar hal ini, seluruh menteri kerajaan dan orang-orang bijaksana yang hadir di ruang pertemuan mulai tertawa terbahak-bahak, menepuk-nepuk orang di sebelah mereka. Ketika mulai sedikit tenang, mereka berkata, “Sebelumnya kita mendengar bahwa kerajaan tak ternilai harganya, sekarang kita mendengar bahwa seluruh Benares berikut istana dan rumah-rumah besarnya dihargai hanya dengan semangkuk nasi! Keputusan dari pembuat harga kerajaan sangat aneh! Di mana yang mulia menemukan orang semacam itu? Ia baik hanya untuk menyenangkan hati Raja dan juga si Pedagang kuda, tidak untuk memberikan harga yang pantas untuk si Pedagang yang menjual kuda-kudanya dari satu negara ke negara lain.”
            Ketika mendengar gelak tawa di seluruh ruangan istana dan kata-kata dari para menteri juga para penasihatnya. raja merasa malu. Dengan begitu raja membawa kembali si Pembuat harganya yang terdahulu ke posisi jabatannya semula. raja menyetujui harga baru yang layak untuk sekumpulan kuda-kuda yang ditentukan oleh si Pembuat harga yang jujur. Setelah mendapatkan sebuah pembelajaran, raja dan kerajaannya hidup dengan adil dan makmur.

Pesan moral: Kebodohan dalam jabatan yang tinggi dapat membawa rasa malu, bahkan untuk seorang raja.

Diterjemahkan oleh Sati
Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50


No comments:

Post a Comment