Friday, April 1, 2011

PANGERAN PEMBICARA YANG BAIK DAN SILUMAN AIR (Bagian 1. Tumimbal Lahir Seorang Bodhisatwa)

            Pada suatu waktu, hiduplah seorang raja yang sangat berbudi. Sang raja memiliki seorang ratu yang cantik yang telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Hal ini membuat raja sangat bahagia. Raja memutuskan untuk memberikan sebuah nama yang mungkin dapat membantunya di kehidupan nanti. Untuk itu Raja memanggilnya Pangeran Goodspeaker (pembicara yang baik).
Pangeran ini bukanlah bayi biasa seperti pada umumnya. Ini bukanlah kehidupan ataupun kelahirannya yang pertama. Tapi jutaan tahun sebelumnya, ia sudah menjadi seorang pengikut dari ajaran yang sudah lama dilupakan ‘Buddha’, seseorang yang tercerahkan. Ia sudah bertekad dengan sepenuh hatinya untuk menjadi seorang Buddha seperti guru tercintanya.

            Ia dilahirkan kembali di banyak kehidupan, terkadang dilahirkan sebagai binatang-binatang yang malang, kadang terlahir sebagai dewa-dewa yang berumur panjang dan terkadang ia terlahir sebagai seorang manusia biasa. Ia selalu berusaha belajar dari kesalahan-kesalahannya dan mengembangkan 10 paramita (kesempurnaan). Dengan begitu ia dapat mensucikan pikirannya dan membersihkan tiga akar sebab-sebab dari kejahatan: kemelekatan, kemarahan dan pandangan salah (tentang adanya “aku” dari diri yang terpisah). Dengan menggunakan kesempurnaan itu, suatu hari ia akan dapat menggantikan kekotoran batin dengan tiga kemurnian: ketidakmelekatan, cinta kasih dan kebijaksanaan.
            Makhluk hebat ini telah menjadi pengikut yang rendah hati dari seorang Buddha yang telah terlupakan. Tujuannya adalah untuk mencapai penerangan yang sama dari seorang Buddha-penemu dari kebenaran yang sempurna. Jadi orang-orang menyebutnya “Bodhisatta”, yang artinya “Makhluk yang tercerahkan.” Tak satu pun yang benar-benar tahu tentang milyaran kehidupan yang dialami oleh pahlawan yang hebat ini. Tetapi akhirnya kisah-kisah telah diceritakan – termasuk kisah yang satu ini yaitu tentang seorang pangeran yang dipanggil dengan sebutan Goodspeaker. Setelah banyak kelahiran kembali, dia menjadi seorang Buddha yang diingat dan dicintai di seluruh dunia saat ini.

(Bagian 2. Ajaran Dari Para Dewa)

            Pada suatu hari, Sang Ratu melahirkan anak laki-laki lagi yang diberi nama Pangeran Bulan. Singkat cerita, ketika kedua anak-anak laki-laki tersebut mulai berjalan, ibu mereka tiba-tiba sakit keras dan meninggal.
            Untuk membantu menjaga anak-anaknya yang senang bermain, raja mencari seorang putri untuk dijadikan ratu barunya. Beberapa tahun kemudian, ratu baru ini melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, dan diberi nama Pangeran Matahari. Sejak itu, raja sangat bahagia, ia ingin menyenangkan ratu dan memberikan hadiah karena telah membesarkan ketiga orang anaknya. Untuk itu raja berjanji untuk mengabulkan satu permintaannya. Ratu berterima-kasih dan berkata “Terima-kasih Rajaku,saya akan menggunakan permintaan saya di masa depan.”
            Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga pangeran tumbuh menjadi pemuda yang hebat. Ratu melihat bahwa Pangeran Goodspeaker adalah pangeran yang cerdas dan pengertian. Ratu berpikir, “Jika kedua pangeran tertua ini masih berada di istana, putraku Pangeran Matahari tidak akan punya kesempatan untuk menjadi seorang raja. Oleh karena itu, aku harus melakukan sesuatu untuk menjadikan putraku raja selanjutnya.”
            Suatu hari, ketika raja sedang dalam suasana hati yang baik, ratu mendekatinya dengan penuh rasa hormat dan mengingatkan raja tentang janjinya akan sebuah permintaan. Sang Raja sangat gembira dan berkata, “Mintalah apa pun yang kau inginkan!”, Sang Ratu berkata, “Oh suamiku dan Rajaku, kabulkanlah setelah masa hidupmu berakhir, jadikan anakku Pangeran Matahari raja selanjutnya.”
            Raja terkejut dengan permintaan tersebut. Dia menjadi marah dan berkata, “Kedua anakku yang lebih tua sama cermelangnya seperti bintang-bintang. Bagaimana bisa aku memberikan kerajaan ini kepada anak laki-lakiku yang ketiga? Semua orang akan menyalahkanku. Hal itu tidak boleh dilakukan!” Ratu tetap diam.
            Sebahagia-bahagianya Raja, sekarang ia menjadi seperti tidak bahagia. Ia takut dan dipenuhi oleh keraguan. Ia curiga Ratu mungkin akan membunuh anak pertama dan anak keduanya dengan beberapa cara jahat. Ia memutuskan bahwa ia harus memastikan keselamatan anak-anaknya.
            Diam-diam, Raja memanggil Pangeran Goodspeaker dan Pangerang Bulan untuk menghadap. Raja mengatakan kepada mereka tentang keinginan Ratu yang membahayakan. Dengan perasaan sedih, Raja mengatakan bahwa satu-satunya hal aman yang harus mereka lakukan adalah meninggalkan kerajaan. Mereka harus kembali hanya setelah ayah mereka meninggal dan mengambil tempat yang menjadi hak mereka memerintah kerajaan. Kedua pangeran yang patuh itu mengikuti perintah ayahnya dan bersiap-siap untuk meninggalkan kerajaan.
            Dalam beberapa hari, mereka sudah siap pergi. Mereka merasa sedih mengucapkan selamat tinggal kepada ayah dan teman-teman mereka, serta meninggalkan istana. Di perjalanan mereka menuju kebun kerajaan, mereka menemui Pangeran Matahari. Pangeran Matahari selalu sayang dan ramah kepada kedua kakak tirinya. Ia sedih ketika mendengar kedua kakak tirinya akan pergi untuk waktu yang sangat lama. Untuk itu, ia memutuskan akan pergi juga meninggalkan kerajaan. Ketiga pangeran yang bersahabat itu berangkat bersama-sama.
            Beberapa bulan perjalanan, sampailah mereka di sebuah hutan negeri Himalaya. Mereka sangat lelah dan duduk di bawah pohon. Kakak tertuanya Pangeran Goodspeaker berkata kepada saudaranya yang paling muda Pangeran Matahari, “Tolong turun ke danau terdekat di bawah sana dan isi beberapa daun teratai dengan air. Bawalah kesini, sehingga kita semua bisa minum.”
            Mereka tidak tahu kalau danau biru tua yang indah itu dikuasai oleh siluman air! Ia diperbolehkan oleh raja siluman untuk memakan makhluk apa pun yang ia bisa yakini masuk ke dalam air. Namun ada juga satu kondisi, ia tidak dapat memakan siapa pun yang tahu jawaban dari sebuah pertanyaan, “Apa ajaran dari para dewa?”
            Ketika Pangeran Matahari sampai di tepi danau, karena merasa haus, kotor dan lelah, ia langsung masuk ke dalam air tanpa menyelidiki terlebih dahulu. Tiba-tiba, muncullah siluman air  dari dalam air dan menangkapnya. Lalu siluman air menanyainya, “Apa ajaran dari para dewa?” Pangeran Matahari menjawab, “Aku mengetahui jawabannya, matahari dan bulan adalah ajaran dari para dewa.” “Kau tidak tahu ajaran dari para dewa, untuk itu kau menjadi milikku!” kata siluman air. Kemudian ia menarik Pangeran Matahari kedalam air dan memenjarakannya di dalam gua.
            Menyadari Pangeran Matahari telah pergi lama dan belum kembali, Pangeran Goodspeaker meminta saudara keduanya, Pangeran Bulan untuk pergi turun ke danau dan membawa air dengan danau teratai. Ketika Pangeran Bulan sampai di sana, ia pun langsung masuk ke dalam air tanpa memeriksa terlebih dahulu. Sekali lagi, siluman air muncul ke permukaan menangkapnya dan menanyainya, “Apa ajaran dari para dewa?” Pangeran Bulan berkata, “Aku tahu jawabannya, 4 arah - Utara, Timur, Selatan dan Barat – ini adalah ajaran dari para dewa.” “Kau tidak tahu ajaran dari para dewa, untuk itu kau menjadi milikku!” Sahut si Siluman air. Kemudian ia memenjarakan Pangeran Bulan di gua bawah air, tempat yang sama dengan Pangeran Matahari.
            Ketika kedua saudara laki-lakinya tidak kembali, Pangeran Goodspeaker mulai merasa khawatir kalau-kalau mereka sedang dalam bahaya. Kemudian pergilah ia ke danau biru tua yang indah itu. Karena Pangeran Goodspeaker adalah seorang yang bijaksana dan hati-hati, ia tidak secara langsung masuk ke dalam air. Akan tetapi, ia menyelidiki dan melihat bahwa ada 2 pasang jejak kaki menuju ke dalam danau, tetapi tidak ada yang menandakan keluar dari air. Untuk melindungi dirinya, ia mengeluarkan pedang, busur dan panahnya yang siap digunakan. Ia mulai berjalan mengelilingi danau.
            Melihat bahwa pangeran ini tidak pergi menuju ke dalam danau, siluman menampakkan dirinya dengan menyamar sebagai orang desa yang sederhana. Siluman yang sedang menyamar itu berkata kepadanya, “Temanku, kamu terlihat lelah dan kotor dari perjalanan yang panjang. Mengapa kamu tidak masuk ke dalam air untuk mandi, minum, dan juga makan beberapa akar teratai?”
            Mengingat jejak-jejak kaki yang satu arah, Pangeran Goodspeaker berkata, “Kamu pasti salah satu siluman yang sedang menyamar sebagai manusia! Apa yang telah kamu lakukan terhadap saudara-saudaraku?” Merasa terkejut karena dikenali dengan sangat cepat, siluman air kembali ke wujud asalnya yang buas. Ia berkata kepada pangeran yang bijaksana itu, “Atas hakku, aku sudah menangkap kedua saudara laki-laki mu.”
            Pangeran bertanya, “Untuk alasan apa?” “Untuk segera memakan mereka!” Siluman air menjawab, “Aku mendapatkan ijin dari Rajaku untuk memakan semua yang masuk ke dalam air dan tidak mengetahui ajaran dari para dewa. Jika siapa pun tahu ajaran dari para dewa, aku tidak diperbolehkan memakannya.”
            Pangeran bertanya, “Menapa kau ingin tahu hal ini? Apa keuntungannya bagi siluman sepertimu mengetahui ajaran dari para dewa?” Siluman air menjawab, “Aku tahu bahwa pasti ada beberapa keuntungan untuk diriku.” “Kalau begitu aku akan memberitahu kau apa yang dewa ajarkan,” kata Pangeran Goodspeaker, “Tetapi aku punya masalah. Lihat diriku, aku dipenuhi oleh debu dan kotor karena melakukan perjalanan. Aku tidak dapat berbicara ajaran-ajaran bijaksana dalam keadaan seperti ini.”
            Sejak saat itu, siluman air menyadari bahwa pangeran ini benar-benar bijaksana. Kemudian dia memandikan dan menyegarkannya. Ia memberikannya air untuk diminum dari daun teratai dan akar teratai yang lembut untuk dimakan. Ia menyediakan tempat duduk yang nyaman untuknya, dihiasi dengan bunga-bunga liar yang indah. Setelah meletakkan pedang, busur dan panah disisinya, Yang Tercerahkan duduk di atas tempat duduk yang dihiasi itu. Siluman yang buas itu duduk di atas kakinya, seperti seorang murid yang sedang mendengarkan seorang guru yang dihormati.
            Pangeran Goodspeaker kemudian berkata, “Ini adalah ajaran dari para dewa :
Kau seharusnya malu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
Kau seharusnya takut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
Kau seharusnya selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat yang membawa kebahagiaan bagi makhluk lain dan menolong umat manusia, Sehingga kau akan berkilauan oleh cahaya dari dalam ketenangan dan kedamaian.”
Siluman air gembira dengan jawaban ini dan berkata “Pangeran yang berfaedah, kau sudah benar-benar memuaskan pertanyaanku. Kau telah membuatku sangat bahagia, aku akan mengembalikan satu dari dua saudara lelakimu. Yang mana yang kamu pilih?”
            Pangeran Goodspeaker berkata, “Lepaskan saudaraku yang termuda, Pangeran Matahari.” Mendegar ini siluman menjawab, “Tuanku pangeran yang bijaksana, kau mengetahui ajaran dari para dewa tetapi kau tidak mempraktikkannya!” Pangeran menjawab, “Kenapa kau berkata demikian?” Siluman itu berkata, “Karena kau membiarkan saudaramu yang lebih tua mati dan menyelamatkan yang lebih muda. Kau tidak menghormati yang tua!”
            Sang Pangeran lalu berkata, “Oh siluman, aku tahu ajaran dari para dewa dan aku mempraktikannya. Kami tiga pangeran datang ke hutan ini karena saudara yang paling muda. Ibunya meminta kerajaan ayah kami untuknya. Karena itulah, ayah kami mengirim kami ke sini untuk melindungi kami. Pangeran yang termuda, Pangeran Matahari ikut serta dengan kami karena persahabatan. Tetapi jika kami kembali ke istana tanpa dirinya dan berkata dia dimakan oleh siluman air yang ingin tahu ajaran dari para dewa, siapa yang akan mempercayai kami? Mereka akan berpikir kami membunuhnya karena ia adalah sebab dari ancaman keselamatan kami. Ini akan membawa rasa malu bagi kami dan ketidakbahagiaan kerajaan. Takut akan hasil yang buruk, aku beritahukan lagi kepadamu untuk melepaskan Pangeran Matahari.”
            Siluman air sangat senang dengan jawaban ini, lalu ia berkata, “Perbuatan yang sangat baik, sangat baik tuanku. Kau tahu ajaran para dewa yang sebenarnya dan kau benar-benar mempraktikan ajaran benar tersebut. Aku akan dengan sangat senang mengembalikan kedua suadara-saudaramu!” Setelah mengatakan hal itu, ia masuk ke dalam danau dan membawa kedua pangeran kembali ke pesisir. Keduanya basah kuyup, tetapi tidak terluka.
            Kemudian, Bodhisatta memberikan lagi nasehat yang bermanfaat kepada siluman air. Ia berkata, “Oh siluman air teman baruku, kau pasti telah melakukan banyak perbuatan tidak bermanfaat di kehidupanmu yang sebelumnya, untuk itu kau terlahir sebagai siluman pemakan daging dan jika kau lanjutkan hal ini, kau akan terperangkap di dalam sebuah keadaan yang mengerikan bahkan di kehidupanmu yang akan datang. Karena perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat akan menghasilkan rasa malu, takut dan kelahiran kembali yang tidak menyenangkan. Tetapi perbuatan yang bermanfaat menghasilkan harga diri, kedamaian dan kelahiran kembali yang menyenangkan. Oleh karena itu, mulai sekarang akan lebih baik untukmu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat daripada perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.” Hal ini mengubah si Siluman dari cara lamanya, dan para pangeran bersama-sama hidup bahagia di bawah perlindungan siluman air.
            Suatu hari, datang kabar bahwa raja telah meninggal. Untuk itu, ketiga pangeran dan teman mereka si Siluman air kembali ke ibu kota. Pangeran Goodspeaker dinobatkan menjadi raja. Pangeran Bulan menjadi kepala menteri dan Pangeran Matahari menjadi komandan pasukan. Siluman air dihadiahkan tempat yang aman untuk tinggal, tempat ia diberi makan dengan baik, dirawat dan dihibur selama sisa hidupnya. Dengan cara ini, mereka semua memperoleh pikiran yang bermanfaat, yang menuntun mereka terlahir kembali di alam surga.

Pesan moral: Tindakan tidak bermanfaat hanya membawa rasa malu dan takut. Tindakan yang bermanfaat membawa harga diri dan kedamaian.

Diterjemahkan oleh Sati

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

No comments:

Post a Comment