Friday, April 1, 2011

Raja Dengan Satu Uban (Pentahbisan)

            Pada zaman dahulu kala, manusia hidup jauh lebih lama dibandingkan dengan manusia saat ini, mereka hidup sampai ribuan tahun lamanya. Saat itu yang tercerahkan (Bodhisatta) dilahirkan sebagai seorang bayi dengan nama Makhadeva. Ia hidup 84.000 tahun sebagai seorang anak dan putra mahkota. Cerita ini dimulai ketika ia sudah menjadi raja muda selama 80.000 tahun.
            Suatu ketika Makhadeva berkata kepada pemangkas rambut istananya, “Jika kau melihat rambut putih apa pun di kepalaku, kau harus memberitahu aku secepatnya!” Tentu saja si Pemangkas rambut itu berjanji melakukannya.

            4000 tahun berlalu, sampai Makhadeva sudah menjadi raja muda selama 84.000 tahun lamanya. Kemudian pada suatu hari ketika si pemangkas rambut istana sedang memangkas rambut sang raja, ia menemukan sehelai kecil rambut putih di atas kepala raja. Untuk itu ia berkata “Oh tuanku, aku melihat sehelai rambut putih di kepalamu,” Raja kemudian berkata, “Jika begitu, cabutlah dan letakan di atas tanganku.” Si pemangkas rambut mengambil penjepit emasnya lalu mencabut keluar sehelai rambut putih itu dan kemudian menaruhnya di tangan raja.
            Pada saat itu, raja masih dapat hidup setidaknya 84.000 tahun lagi sebagai seorang raja tua! Melihat sehelai rambut putih di tangannya, ia menjadi sangat takut akan kematian. Ia merasakan seolah-olah kematian hampir mendekatinya, ia bagaikan terperangkap di dalam sebuah rumah yang sedang terbakar. Ia sangat takut hingga keringat bercucuran di punggungnya dan ia bergemetar.
            Raja Makhadeva berpikir, “Oh raja yang bodoh, kau sudah menyia-nyiakan seluruh kehidupan panjang ini dan sekarang kau hampir mati. Kau belum berusaha untuk memusnahkan keserakahan dan iri hatimu, untuk hidup tanpa membenci, dan melenyapkan kebodohanmu dengan mempelajari kebenaran dan menjadi bijaksana.”
            Ketika ia memikirkan hal ini, badannya menjadi panas dan keringatnya terus becucuran dan kemudian ia memutuskan sekali untuk selamanya, “Sudah waktunya untuk menyerahkan kerajaan, ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu dan berlatih meditasi.” Setelah berpikir demikian, ia menghadiahkan penghasila dari seluruh kota kepada si pemangkas rambut. Penghasilan itu sebesar 100.000 pertahun.
            Kemudian raja memanggil anak laki-laki tertuanya dan berkata “Anakku, Aku sudah melihat sehelai rambut putih di kepalaku. Aku sudah menjadi tua. Aku telah menikmati kesenangan-kesenangan duniawi dari kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah. Ketika aku mati, aku ingin dilahirkan kembali di dalam alam surga, untuk menikmati kesenangan-kesenangan para dewa, jadi aku akan ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu. Sekarang kau harus bertanggung jawab dalam memerintah negara. Aku akan menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu di hutan.”
            Mendengar hal ini, menteri kerajaan dan orang yang hadir di istana saat itu cepat-cepat menghampiri raja dan berkata “Rajaku, kenapa secara tiba-tiba kau ingin ditahbiskan?”
Raja mengangkat sehelai rambut putih di dalam gengggamannya dan berkata, “Menteri-menteri dan orang-orangku, aku sudah sadar bahwa ubanku ini menunjukan 3 keadaan kehidupan – remaja, dewasa, dan tua – yang nantinya menuju akhir. Uban pertamaku ini adalah membawa pesan kematian yang duduk di atas kepalaku. Uban bagaikan malaikat-malaikat yang dikirim oleh dewa kematian. Oleh karena itu, hari ini adalah waktu bagiku untuk ditahbiskan.”
            Rakyat mencucurkan air mata atas berita pelengserannya. Raja Makhadeva melepaskan kehidupan istananya, pergi ke dalam hutan, dan ditahbiskan menjadi bhikkhu. Di sana ia mempraktikan apa yang orang-orang suci sebut ‘Empat Keadaan Pikiran yang Amat Menyenangkan’. Pertama adalah cinta kasih, rasa sayang yang universal. Kedua adalah perasaan simpati dan merasa kasihan terhadap semua makhluk yang menderita. Ketiga adalah perasaan bahagia terhadap semua makhluk yang bergembira. Dan yang keempat adalah keadaan yang tenang dan seimbang, bahkan di dalam menghadapi kesusahan.
            Setelah 84.000 tahun berusaha bermeditasi dengan sungguh-sungguh dan mempraktikan keempat keadaan pikiran tersebut sebagai seorang bhikkhu hutan yang rendah hati, Bodhisatta itu meninggal. Ia terlahir kembali di dalam surga yang tinggi, untuk menjalani kehidupan selama jutaan tahun lamanya.

Pesan moral : Sebuah kehidupan yang panjang pun terlalu pendek untuk disia-siakan.

Diterjemahkan oleh Sati
Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50





No comments:

Post a Comment